Ketika mempublikasikan Indonesia Raya
tahun 1928, Wage Rudolf Soepratman dengan jelas menuliskan “lagu
kebangsaan” di bawah judul Indonesia Raya. Teks lagu Indonesia Raya
dipublikasikan pertama kali oleh suratkabar Sin Po.
Setelah dikumandangkan tahun 1928 dihadapan para peserta Kongres
Pemuda II dengan biola, pemerintah kolonial Hindia Belanda segera
melarang penyebutan lagu kebangsaan bagi Indonesia Raya. Meskipun
demikian, para pemuda tidak gentar. Mereka menyanyikan lagu itu dengan
mengucapkan “Mulia, Mulia!” (bukan “Merdeka, Merdeka!”) pada refrein.
Akan tetapi, tetap saja mereka menganggap lagu itu sebagai lagu
kebangsaan. Selanjutnya lagu Indonesia Raya selalu dinyanyikan pada
setiap rapat partai-partai politik. Setelah Indonesia merdeka, lagu itu
ditetapkan sebagai lagu Kebangsaan perlambang persatuan bangsa.
Namun pada saat menjelaskan hasil Festival Film Indonesia (FFI) 2006
yang kontroversial dan pada kompas tahun 1990-an, Remy Sylado, seorang
budayawan dan seniman senior Indonesia mengatakan bahwa lagu Indonesia
Raya merupakan jiplakan dari sebuah lagu yang diciptakan tahun 1600-an
berjudul Lekka Lekka Pinda Pinda. Kaye A. Solapung, seorang pengamat
musik, menanggap tulisan Remy dalam Kompas tanggal 22 Desember 1991. Ia
mengatakan bahwa Remy hanya sekadar mengulang tuduhan Amir Pasaribu pada
tahun 1950-an. Ia juga mengatakan dengan mengutip Amir Pasaribu bahwa
dalam literatur musik, ada lagu Lekka Lekka Pinda Pinda di Belanda,
begitu pula Boola-Boola di Amerika Serikat. Solapung kemudian membedah
lagu-lagu itu. Menurutnya, lagu Boola-boola dan Lekka Lekka tidak sama
persis dengan Indonesia Raya, dengan hanya delapan ketuk yang sama.
Begitu juga dengan penggunaan Chord yang jelas berbeda. Sehingga, ia
menyimpulkan bahwa Indonesia Raya tidak menjiplak.
[sunting] Naskah pada koran Sin Po (1928)
[sunting] Naskah pada koran Sin Po (1928)
Lagu Indonesia Raya diciptakan oleh WR Supratman dan
dikumandangkan pertama kali di muka umum pada Kongres Pemuda 28 Oktober
1928 di Jakarta (pada usia 25 tahun), dan disebarluaskan oleh koran Sin
Po pada edisi bulan November 1928. Naskah tersebut ditulis oleh WR
Supratman dengan Tangga Nada C (natural) dan dengan catatan Djangan
Terlaloe Tjepat, sedangkan pada sumber lain telah ditulis oleh WR
Supratman pada Tangga Nada G (sesuai kemampuan umum orang menyanyi pada
rentang a – e) dan dengan irama Marcia, Jos Cleber (1950) menuliskan
dengan irama Maestoso con bravura (kecepatan metronome 104).
Secara musikal, lagu ini telah dimuliakan — justru — oleh orang Belanda (atau Belgia) bernama Jos Cleber
(pada waktu itu ia berusia 34 tahun) yang tutup usia tahun 1999 pada
usia 83 tahun. Setelah menerima permintaan Kepala Studio RRI Jakarta
Jusuf Ronodipuro pada tahun 1950, Jos Cleber pun menyusun aransemen
baru, yang penyempurnaannya ia lakukan setelah juga menerima masukan
dari Presiden Soekarno.
Rekaman asli dari Jos Cleber tahun 1950 dari Orkes Cosmopolitan
Jakarta, telah dimainkan dan direkam kembali secara digital di Australia
tahun 1997 berdasarkan partitur Jos Cleber yang tersimpan di RRI
Jakarta, oleh Victoria Philharmonic di bawah pengarahan Addie MS.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar