Senin, 24 Oktober 2011

Dampak Perdagangan Bebas di Asia terhadap Lulusan IT.


Pada saat ini saat dimana kita makin melangkah maju berjalan dengan seiring majunya teknoogi informasi kita diwajibkan mengerti dan memahami TI. Mengerti dan memahami TI sudah menjadi tolak ukur saat kita berada dalam suatu persaingan untuk mendapatkan suatu pekerjaan kelak.

Teknologi informasi itu sendiri dapat diartikan/didefinisikan sebagai perpaduan antara teknologi komputer dan telekomunikasi, yang meliputi perangkat keras,perangkat lunak, database teknologi jaringa dan peralatan telekomunikasi lainnya, atau dapat disebut juga sebagai sub system dari system informasi. TI bukanlah hanya sekedar perangkat keras dan perangkat lunak tetapi mencakup perpaduan antara pengetahuan, metode dan tekniik dalam menggunakan infirmasi dalam dunia bisnis.

Sedangkan perdagangan bebas dapat juga didefinisikan sebagai tidak adanya hambatan buatan (hambatan yang diterapkan pemerintah) dalam perdagangan antar individual-individual dan perusahaan-perusahaan yang berada di negara yang berbeda.

DAMPAK PERDAGANGAN BEBAS DI ASIA TERHADAP LULUSAN SARJANA TI

Dua aspek penting dalam pengembangan bisnis yang berhubungan dengan Teknologi Informasi adalah infrastruktur dan sumber daya manusia (SDM). Selain kedua aspek tersebut, tentunya masih banyak aspek lain seperti finansial. Namun, lemahnya infrastruktur dan kelangkaan SDM merupakan penyebab utama lambannya bisnis IT. Makalah ini akan menitikberatkan pembahasan pada aspek SDM. Langkanya SDM IT yang handal merupakan masalah utama di seluruh dunia. Kelangkaan ini disebabkan meledaknya bisnis yang berbasis IT (dan khususnya bisnis yang berbasis Internet). Bahkan di Asia terjadi krisis SDM IT di Singapura dan termasuk di Indonesia. Adanya perdagangan bebas seperti AFTA juga akan mengancam lahan pekerjaan di Indonesia apabila SDM kita tidak kita persiapkan. India dan Cina merupakan dua raksasa yang sanggup menembus Indonesia.

1. Inisiatif Penyiapan SDM IT Indonesia

Indonesia tidak tinggal diam dalam menghadapi kelangkaan SDM IT ini. Di satu sisi dia merupakan bencana, tapi disisi lain dia merupakan peluang. Indonesia yang dikenal sebagai pengirim tenaga kerja buruh ke luar negeri sekarang memiliki potensi untuk mengirimkan skilled workers ke luar negari. Ini merupakan peluang bagi para pekerja Indonesia. Meskipun demikian, peluang ini harus dicermati karena setiap negara di dunia pun ingin menggunakan kesempatan ini. Beberapa inisiatif di bidang Teknologi Informasi sudah dilakukan di Indonesia.

  • Program Sekolah 2000

Program Sekolah 2000 merupakan program kerja dari Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII). Tujuan khusus dari program ini adalah untuk menjaring sekolah-sekolah seluruh Indonesia dengan Internet. Siswa Indonesia harus mulai dikenalkan dengan Internet dari sejak dini. Kemampuan menggunakan Internet sama pentingnya dengan kemampuan menggunakan telepon. Coba anda bayangkan apabila ada siswa SMU yang tidak dapat menggunakan telepon. Tentu anda akan merasa aneh. Tidak lama lagi, hal yang sama akan terjadi juga dengan e-mail. Perlu diingat bahwa kemampuan menggunakan telepon tidak mengharuskan seseorang memiliki fasilitas telepon di rumah. Dia dapat menggunakan fasilitas wartel. Hal yang sama dengan fasilitas e-mail, yaitu siswa tidak harus memiliki komputer dan modem sendiri untuk mampu menggunakan e-mail. Ada wartel yang dapat digunakan untuk mengirim dan menerima email. Dengan kata lain, siswa Indonesia tidak gagap teknologi dan akan memiliki kesempatan yang sama dengan siswa di luar negeri. Ada beberapa hambatan yang dialami dalam pelaksanaan program Sekolah 2000 ini, antara lain:

Kemampuan finansial sekolah dalam mengadakan fasilitas komputer dan sambungan ke jaringan Internet. Diskon dari PT Telkom tentunya bisa mengurangi permasalahan ini.

Kemampuan mengelola fasilitas komputer yang berkelanjutan. Perawatan fasilitas membutuhkan biaya dan SDM yang terampil (yang langka).

  • Program SMK-TI

Salah satu cara mengatasi krisis SDM di bidang Teknologi Informasi adalah dengan menghasilkan SDM di setiap tingkat. Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) merupakan sekolah yang diharapkan dapat menghasilkan tenaga yang siap pakai. Hasil pengamatan kami menunjukkan bahwa SMK dapat diarahkan untuk menempati posisi operator, technical support, help desk, dan web designer. Untuk itu dibuatkan kurikulum dan program khusus untuk mendidik SMK dalam bidang Teknologi Informasi. Saat ini tengah berlangung program khusus SMK-TI untuk beberapa sekolah di Indonesia. Pada bulan Januari tahun 2001 akan dilakukan pengujian sertifikasi terhadap para peserta program ini.

  • Program Diploma IT

Satu tingkat di atas lulusan SMK dan SMU adalah tingkat diploma. Banyak perusahaan menginginkan tenaga kerja level diploma yang telah memiliki pengalaman kerja.

  • Program Sarjana IT

Perguruan tinggi yang menghasilkan sarjana di bidang Teknologi Informasi sudah banyak. Namun ternyata kualitas lulusannya belum memadai. Dalam suatu diskusi dengan seorang pelaku bisnis software mengatakan bahwa umumnya perguruan tinggi di Indonesia umumnya menghasilkan programmer akan tetapi belum mampu menghasilkan software engineer. Menurut pengamatannya saat ini hanya ITB dan UI yang mampu menghasilkan software engineer. Untuk itu perguruan tinggi lain perlu dibina agar dapat menghasilkan lulusan dengan kualitas software engineer. Bangsa Indonesia masih lebih menjunjung gelar dibandingkan kemampuan. Pemikiran seperti ini harus mulai ditinggalkan. Dalam era sekarang ini kemampuan lebih utama daripada gelar.

  • Kegiatan Pendukung

Selain kegiatan atau inisiatif yang langsung terjun ke bidang pendidikan, ada beberapa inisiatif lain yang mendukung penyiapan SDM. Beberapa hal tersebut akan dibahas pada bagian di bawah ini.

  • Standar Sertifikasi

Untuk mengetahui tingkat kemampuan seseorang perlu dilakukan pengujian. Hal ini membutuhkan sebuah standar sertifikasi. PPAUME[1] ITB dan APJII bekerjasama dalam membuat standar sertifikasi bidang IT, khususnya untuk tenaga kerja yang akan bekerja di Penyedia Jasa Internet (PJI atau Internet Service Provider). Standar yang khusus untuk jenis industri yang lain juga perlu dikembangkan. Kegiatan standarisasi ini masih pada taraf awal dan masih membutuhkan dukungan dari semua pihak. Standarisasi ini juga akan mencoba mengadopsi standar yang berlaku di dunia. Standar sertifikasi juga berhubungan dengan kurikulum. Untuk itu perlu dikembangkan kurikulum yang mendukung standar sertifikasi tersebut.Fasiltas Pendukung

  • Fasilitas Pendukung

Upaya penyiapan SDM sebaiknya didukung oleh teknologi komunikasi dan informasi. Perkembangan Internet memungkinkan seseorang belajar dari jarak jauh. Konsep pendidikan terbuka dan jarak jauh (distance learning) dapat diterapkan untuk membina SDM IT. Adanya Internet juga memungkinkan pengembangan Digital Library yang dibutuhkan agar siswa atau pelajar dapat mengakses informasi terbaru. Selain digital library, perpustakaan konvensional masih tetap dibutuhkan. Toko buku juga sangat dibutuhkan. Pendekatan Open Source (membuka source code software) dan Open Content (membuka cara mendistribusi tulisan atau karya lain yang bukan program komputer) juga perlu diperluas agar mempermudah penyebaran informasi dan pengetahuan. Pendekatan ini juga tidak melanggar HaKI (Intellectual Property Right, IPR).

PERMASALAHAN TEKNOLOGI INFORMASI

Disamping pentingnya TI saat ini bukan berarti TI itu sendiri dapat menghasilkan sukses pada yang terkait yang memanfaatkannya. Berikut aspek yang harus diperhatikan yang mungkin dapat membuat TI menjadi tidak tercapai pemanfaatannya :

a) Biaya tinggi. Dibandingkan dengan harga peralatan tua, seperti mesin ketik, lemari penyimpan, walaupun sudah mendapat potongan harga, komputer pribadi buatan lokal masih tetap lebih mahal.

b) Proses pengasaan teknologi yang lambat.

c) Perkembangan teknologi yang sangat pesat dan masalah incompatibility.

d) Hambatan dari pekerjaan. Masih sering terjadi keadaan di mana kumpulan pekerja menolak masuknya peralatan serba otomatis.

e) Masih banyaknya TI yang kurang handal. Hardware yang mendadak rusak, atau software yang masih banyak error.

f) Kurang siapnya organisasi dalam masalah manajemen perubahan, pengambilan keputusan, koordinasi dan sebagainya.

g) Manajemen yang keliru. Penggunaan komputeroleh manajemen seringkali masih kurang tepat : kurang dimanfaatkan, terlalu banyak pemakaian atau pemakaian untuk tujuan yang kurang tepat.

Dalam penerapannya TI ialah senjata pamungkas dalam strategi persaingan. SDM handal dalam tenologi dan TI juga menagemen yg cakap akan membawa suatu perubahan yg melompat jauh dari asalnya menuju kemajuan. Sudah saatnya Asia memiliki peran dan posisi dalam perindustrian dunia.

KALIMAT EFEKTIF


Kalimat efektif adalah kalimat yang mengungkapkan pikiran atau gagasan yang disampaikan sehingga dapat dipahami dan dimengerti oleh orang lain, atau merupakan kalimat yang menyatakan sesuatu secara tepat,logis,lengkap dan hemat.

  • Syarat dari kalimat efektif :

1. Secara tepat mewakili pikiran pembicara atau penulisnya.
2. Mengemukakan pemahaman yang sama tepatnya antara pikiran pendengar atau pembaca dengan yang dipikirkan pembaca atau penulisnya.

· Kesepadanan :

Suatu kalimat efektif harus memenuhi unsur gramatikal yaitu unsur subjek (S), predikat (P), objek (O), keterangan (K). Di dalam kalimat efektif harus memiliki keseimbangan dalam pemakaian struktur bahasa.

Contoh:
Ani (S) pergi (P) ke pasar (KT).

Tidak Menjamakkan Subjek

Contoh:
Ani pergi ke pasar, kemudian Ani pergi ke Mall (tidak efektif)
Tomi pergi ke pasar, kemudian ke Mall (efektif)

· Kecermatan pemilihan dan penggunaan kata :

Dalam membuat kalimat efektif jangan sampai menjadi kalimat yang ambigu (menimbulkan tafsiran ganda).

Contoh:
Siswa SMP yang berprestasi itu mendapatkan beasiswa (ambigu dan tidak efektif).
Siswa yang sekolah di SMP itu mendapatkan beasiswa karena berprestasi (efektif).

Selain hal diatas kalimat efektif harus memiliki :

  • Kelogisan
  • Kesatuan atau Kepaduan : kepaduan pernyataan dalam kalimat, sehingga informasi yang disampaikannya tidak terpecah-pecah.
  • Keparalelan atau Kesejajaran : kesamaan bentuk kata atau imbuhan yang digunakan dalam kalimat itu. Jika pertama menggunakan verba, bentuk kedua juga menggunakan verba. Jika kalimat pertama menggunakan kata kerja berimbuhan me-, maka kalimat berikutnya harus menggunakan kata kerja berimbuhan me- juga.
  • Ketegasan : atau penekanan ialah suatu perlakuan penonjolan terhadap ide pokok dari kalimat.

Sumber :

http://adegustian.blogsome.com/2009/02/02/pengertian-ciri-dan-penggunaan-kalimat-efektif/


readone82.blogdetik.com/2009/08/26/kalimat-efektif/

http://asepyudha.staff.uns.ac.id/2009/06/07/kalimat-efektif/

Minggu, 02 Oktober 2011

DIKSI

Diksi, dalam arti aslinya dan pertama, merujuk pada pemilihan kata dan gaya ekspresi oleh penulis atau pembicara. Arti kedua, arti "diksi" yang lebih umum digambarkan dengan enusiasi kata - seni berbicara jelas sehingga setiap kata dapat didengar dan dipahami hingga kompleksitas dan ekstrimitas terjauhnya. Arti kedua ini membicarakan pengucapan dan intonasi, daripada pemilihan kata dan gaya.

Diksi memiliki beberapa bagian; pendaftaran - kata formal atau informal dalam konteks sosial - adalah yang utama. Analisis diksi secara literal menemukan bagaimana satu kalimat menghasilkan intonasi dan karakterisasi, contohnya penggunaan kata-kata yang berhubungan dengan gerakan fisik menggambarkan karakter aktif, sementara penggunaan kata-kata yang berhubungan dengan pikiran menggambarkan karakter yang introspektif. Diksi juga memiliki dampak terhadap pemilihan kata dan sintaks.

Diksi terdiri dari delapan elemen: Fonem, Silabel, Konjungsi, Hubungan, Kata Benda, Kata Kerja, Infeksi, dan Uterans.


Ketepatan dan Kesesuaian Penggunaan Diksi

Pemakaian kata mencakup dua masalah pokok, yakni pertama, masalah ketepatan memiliki kata untuk mengungkapkan sebuah gagasan atau ide. Kedua, masalah kesesuaian atau kecocokan dalam mempergunakan kata tersebut. Menurut keraf (2002 : 87) “Ketepatan pilihan kata mempersoalkan kesanggupan sebuah kata untuk menimbulkan gagasan-gagasan yang tepat pada imajinasi pembaca atau pendengar, seperti apa yang dipikirkan atau dirasakan oleh penulis atau pembaca”. Masalah pilihan akan menyangkut makna kata dan kosakatanya akan memberi keleluasaan kepada penulis, memilih kata-kata yang dianggap paling tepat mewakili pikirannya. Ketepan makna kata bergantung pada kemampuan penulis mengetahui hubungan antara bentuk bahasa (kata) dengan referennya.

Seandainya kita dapat memilih kata dengan tepat, maka tulisan atau pembicaraan kita akan mudah menimbulkan gagasan yang sama pada imajinasi pembaca atau pendengar, seperti yang dirasakan atau dipikirkan oleh penulis atau pembicara. Mengetahui tepat tidaknya kata-kata yang kita gunakan, bisa dilihat dari reaksi orang yang menerima pesan kita, baik yang disampaikan secara lisan maupun tulisan. Reaksinya bermacam-macam, baik berupa reaksi verbal, maupun reaksi nonverbal seperti mengeluarkan tindakan atau perilaku yang sesuai dengan yang kita ucapkan. Agar dapat memilih kata-kata yang tepat, maka ada beberapa syarat yang harus diperhatikan berikut ini.

a. Kita harus bisa membedakan secara cermat kata-kata denitatif dan konotatif; bersinonim dan hampir bersinonim; kata-kata yang mirip dalam ejaannya, seperti :bawa-bawah, koorperasi-korporasi, interfensi-interferensi, dan

b. Hindari kata-kata ciptaan sendiri atau mengutip kata-kata orang terkenal yang belum diterima di masyarakat.

c. Waspadalah dalam menggunaan kata-kata yang berakhiran asing atau bersufiks bahasa asing, seperti :Kultur-kultural, biologi-biologis, idiom-idiomatik, strategi-strategis, dan lain-lain

d. Kata-kata yang menggunakan kata depan harus digunakan secara idiomatik, seperti kata ingat harus ingat akan bukan ingat terhadap, membahayakan sesuatu bukan membahayakan bagi, takut akan bukan takut sesuatu.

e. Kita harus membedakan kata khusus dan kata umum.

f. Kita harus memperhatikan perubahan makna yang terjadi pada kata-kata yang sudah dikenal.

g. Kita harus memperhatikan kelangsungan pilihan kata.


Diksi dalam Kalimat

Diksi dalam kalimat adalah pilihan kata yang tepat untuk ditempatkan dalam kalimat sesuai makna, kesesuaian, kesopanan, dan bisa mewakili maksud atau gagasan. Makna kata itu secara leksikal banyak yang sama, tetapi penggunaanya tidak sama. Seperti kata penelitian, penyelidikan. Kata-kata tersrbut bersinonim (mempunyai arti yang sama), tetapi tidak bisa ditempatkan dalam kalimat yang sama. Contoh dalam kalimat; “Mahasiswa tingkat akhir harus mengadakan penelitian untuk membuat karya ilmiah sebagai tugas akhir dalam studinya”;”Penyelidikan kasus penggelapan uang negara sudah dimulai”; Berdasarkan pengamatan saya situasi belajar di kelas A cukup kondusif; Berdasarkan hasil penyidikan polisi, ditemukan fakta-fakta yang memperkuat dia menjadi tersangka. Keempat kata dalam kalimat-kalimat itu tidak bisa dtukar. Seandainya ditukar, tidak akan sesuai sehungga akan membingungkan pendengar atau pembaca. Dari segi kesopanan, kata mati, meninggal, gugur, mangkat, wafat, dan pulang ke rahmatullah,dipilih berdasarkan jenis mahluk, tingkat sosial, dan waktu. Contoh : Kucing saya mati setelah makan ikan busuk; Ayahnya meninggal tadi malam; Pahlawanku gugur di medan laga; Beliau wafat 1425H. Frase biasa dipakai dalam bewara kematian di surat kabar, seperti”…telah pulang ke rahmatullah kakek Jauhari….”. dari segi makna, kta islam dan muslim sering salah penggunaanya dalam kalimat. Kita pernah mendengar orang berkata, “Seelah menjadi Islam dia rajin bersedekah”. Seharusnya, “Setelah masuk Islam dia rajin bersedekah”. Kalau mau menggunakan kata menjadi maka selanjutnya harus menggunakan kata muslim. Contoh, “Setelah menjadi muslim dia rajin bersedekah”. Islam adalah nama agama yang berarti lembaga, sedangkan muslim adalah orang yang beragama Islam. Kata menjadi dapat dipasangkan dengan orangnya dan kata masuk tepat dipasangkan dengan lembaganya.


Diksi Dalam Puisi

Sebenarnya diksi tidak hanya dipakai dalam menulis puisi. Dalam menulis cerpen, novel, essai, artikel, sampai karya ilmiah sekalipun, diksi juga diperlukan. Tapi baiklah kita membicarakan diksi dalam puisi saja kali ini (sesuai dengan topik yang sedang menghangat di kompasiana saat ini).

Saya sendiri senang menulis puisi dan menyadari salah satu unsur penting dalam menulis puisi adalah pemilihan diksi. Karena puisi adalah bentuk karya tulis yang tidak memakai banyak kata-kata, cendurung tidak deskriptif dan naratif, maka pemilihan kata-kata yang tepat untuk menggambarkan maksud dan nuansa tulisan haruslah dicermati dengan seksama. Termasuk di dalamnya menghindari pengulangan kata yang sama terlampau sering, pemilihan sinonim yang mewakili, sampai ke penggunaan tanda baca dan susunan bahasa. Misalnya ketika kita ingin mengungkapkan rasa kesepian, kata mana yang akan kita pilih; sunyi, diam, nelangsa, sendiri, sedih, sepi, senyap atau hening? Meski berkonotasi sama, tiap kata yang terpilih akan memberi warna yang berbeda apabila disandingkan dengan kata-kata lainnya dalam keseluruhan puisi.

Bagaimana cara memilih diksi yang tepat? Dengan banyak membaca, baik itu puisi, artikel, novel, surat kabar sampai ke tulisan kritikan sekalipun. Sebab membaca akan memperbanyak kosa-kata. Dengan mengetahui banyak kosa -kata, penulis puisi akan mempunyai pilihan yang lebih beragam dan memberikan warna dan jiwa tersendiri bagi puisinya.

Sekali lagi, diksi adalah pilihan kata, yang merupakan satu kesatuan dari keutuhan puisi. Jadi bukan berarti memakai kata-kata yang artinya baru diketahui setelah memeriksa KBBI, lantas puisi tersebut baru dianggap keren dan mengandung nilai sastra. Penyair-penyair besar Indonesia banyak menggunakan diksi yang sederhana dan gampang dimengerti, tapi puisi yang dihasilkannya sungguh indah. Kita ambil contoh puisi karya Sapardi Djoko Damono:

Perahu Kertas

Waktu masih kanak-kanak kau membuat perahu kertas dan kau layarkan di tepi kali; alirnya Sangat tenang, dan perahumu bergoyang menuju lautan.

“Ia akan singgah di bandar-bandar besar,” kata seorang lelaki tua. Kau sangat gembira, pulang dengan berbagai gambar warna-warni di kepala.

Sejak itu kau pun menunggu kalau-kalau ada kabar dari perahu yang tak pernah lepas dari rindu-mu itu.

Akhirnya kau dengar juga pesan si tua itu, Nuh, katanya,

“Telah kupergunakan perahumu itu dalam sebuah banjir besar dan kini terdampar di sebuah bukit.”

(Perahu Kertas - Kumpulan Sajak, 1982)


Daftar Pustaka

http:\\id.wikipedia.org

http://pbsindonesia.fkip-uninus.org/media.php?module=detailmateri&id=63

http://bahasa.kompasiana.com/2010/10/09/diksi-diksi-dalam-puisi/



TENTANG SAYA

Nama saya Muhammad Nur Fahmi,saya seorang mahasiswa sebuah Perguruan Tinggi Universitas Gunadarma di Kota Depok. Teman-teman saya biasa memanggil saya dengan nama panggilan “Ami”,sebuah nama kecil dari nama belakang saya. Saya bertempat tinggal di Kota Bogor,saya tumbuh besar di kota itu. Saat ini saya tinggal dengan kedua orang tua saya dan adik saya. Dalam keluarga saya adalah anak kedua dari tiga bersaudara.

Saat ini saya menduduki tingkat tiga dalam perkuliahan saya. 3KA18 itu lah kelas dimana saya dan teman-teman saya menuntut ilmu. Disamping sibukya hari-hari dengan aktivitas perkuliahan saya pun memiliki aktivitas lainnya, saya selalu menyempatkan bermain bersama teman-teman saya apabila memiliki waktu senggang. Untuk hal bermain saya lebih menyukai untuk bermain di kota sediri Kota Bogor.

Sekarang saya menduduki semester 5 dalam kuliah saya, dan saat semester 6 nantipun saya akan mendapatkan tugas tulisan Praktek Ilmiah. Hal tersebut membuat saya harus mulai pembelajaran saya lebih baik lagi. Saat ini saya akan lebih memfokuskan diri pada kuliah saya dibanding dengan waktu bermain saya. Saya berharap dapat menjadi orang yg berguna kelak untuk keluarga, Negara, masyarakat, dan saya sendiri.